Senin, 03 Agustus 2009

Kendan Situs Misterius


“Ndeh Nihen carita parahyangan. Sang Resiguru mangyuga Rajaputra. Miseuweukeun Sang Kandiawan lawan Sang Kandiawati, sida sapilanceukan. Ngangaranan maneh Rahyangta Dewaraja. Basa lumaku ngarajaresi ngangaranan maneh Rahyangta Ri Medangjati, inya sang Layuwatang. Nya nu nyieun Sanghyang Watang Ageung”

“ ya, inilah kisah para leluhur. Sang Resiguru beranak Rajaputra. Rajaputra beranak Sang Kandiawan dan Sang Kandiawati, sepasang kakak beradik. Sang Kandiawan menamakan dirinya Rahyangta Dewaraja. Waktu ia menjadi Rajaresi menamakan dirinya Rahyangta di Medangjati. Yaitu Sang Layungwatang. Dialah yang membangun balairung besar”. ( Carita parahyangan, Atja,Danasasmita, 1983:37-38 )

Mendengar kerajaan Galuh atau kerajaan Sunda, sudah barang tentu bukan sebuah cerita yang aneh, tetapi ketika mendengar pernah ada kerajaan dengan nama Kendan, orang akan berkerut kening karena mungkin baru mendengar atau pernah mendengar tapi tak pernah tahu ceritanya.
Di utara kec.Nagreg terletak sebuah kampung bernama Kendan. Darisinilah sekitar abad ke-4 pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Kendan dengan raja pertamanya bernama Resiguru Manik maya.

Kerajaan ini berdiri pada masa Maharaja Suryawarman raja Tarumanagara ke-7, sebagai sebuah hadiah pernikahan kepada putrinya Tirtakencana yang dinikahkan dengan seorang resi bernama Manik Maya dari India seorang penyebar Hindu siwa yang taat.

“ Hawya Ta Sira Tinenget: janganlah ia ditolak, karena dia itu menantu maharaja, mesti dijadikan sahabat, lebih-lebih karena sang resiguru Kendan itu, seorang Brahmana yang ulung dan telah banyak berjasa terhadap agama. Siapapun yang berani menolak Rajaresiguru Kendan, akan dijatuhi hukuman mati dan kerajaannya akan dihapuskan” ( Danasasmita, 1983:41 )

Kendan didirikan sebagai sebuah kerajaan karesian, atau kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja sekaligus Resi.
Kendan dalam beberapa naskah sejarah diungkapkan sebagai sebuah kerajaan yang menjadi latar belakang kerajaan Galuh yang mashur/cikal bakal kerajaan Galuh.

Sedemikian pentingnya keberadaan daerah ini bagi kerajaan-kerajaan pada masanya, menandakan bahwa Kendan sebagai sebuah wilayah yang strategis sangat dihormati dan dihargai oleh kerajaan-kerajaan pada masanya.

Kendan sebagai sebuah tempat yang di hormati dan dilindungi pada masanya menjadi latar belakang bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang penting.

Dalam Carita Parahyangan, hasil penelitian Drs.Aca dan Saleh Danasasmita, 1981;
“Ti Inya carek Bagawat Resi Makandria : ‘Ai(ng) dek leumpang ka Sang Resi Guru, ka Kendan.’
Datang Siya ka Kendan.
Carek Sang Resi Guru:’Na naha beja siya Bagawat Resi Makandria, mana siya datang ka dinih?’
‘Pun sampun, aya beja kami pun. Kami me(n)ta pirabieun pun, kena kami kapupudihan ku paksi Si Uwuruwur, paksi Si Naragati, papa baruk urang heunteu dianak.
Carek Sang Resi Guru: ‘Leumpang siya ti heula ka batur siya deui. Anakaing, Pwah Aksari Jabung, leumpang husir Bagawat Resi Makandria, pideungeuneun satapi satapa, anaking.’

Betapa pentingnya daerah tersebut, tapi anehnya, tak banyak orang tahu, sedikit sekali sejarawan yang memangkat atau membedah kebaradaan kerajaan ini. pengenalan pelajaran sejarah sekolah di SD, SMP, SMA atau di perguruan tinggi sekalipun tak pernah sedikitpun membahasnya.
Mungkin karena minimnya referensi serta sumber sejarah tentang Kendan ini.
Lebih parah lagi masyarakat Nagreg, tempat dimana kerajaan ini pernah berdiripun tak pernah mengenalnya. Ditambah tidak adanya perhatian pemerintah daerah dalam menyikapi kekayaan sejarah daerah tersebut. Satu-satunya artefak sejarah yamg tertinggal adalah arca Dewidurga yang ditemukan di Kp.Pamujaan Desa Citaman Kec.Nagerg, sebagai peninggalan sejarah bukti pernah adanya kepercayaan terhadap Hindu shiwa di daerah tersebut kini sudah tidak berada di tempatnya. Kini dengan alasan keamanan disimpan di museum nasional Jakarta. Kepercayaan Hindu Shiwa adalah kepercayaan yang diyakini pada masa kerajaan Kendan. Beberapa Catatan tentang keberadaan sumber sejarah ini diantaranya, dituliskan oleh Plyete seorang juru catat perjalanan dari Portugal yang pernah menyatakan bahwa telah ditemukan sebuah Arca kecil dewi durga ±500m dari stasiun Nagreg. Begitupun sejarawan Tom Piere pun menyatakan demikian.
Kini beberapa budayawan, sastrawan serta sejarawan seperti Prof.Ajip Rosidy dalam Ensiklopedia Sunda;bukunya 2000, kemudian Drs.Yoseph Iskandar dalam bukunya sejarah Jawa Barat “Yuganing Rajakawasa”, membahas keberadaan Kendan di Nagreg.
Namun masihlah remang fakta serta kenyataan bahwasanya pernah berdiri Kendan di Nagreg. Karena bukti serta referensi bagi masyarakat tentang keberadaan kerajaan ini, belumlah lengkap. Satu-satunya bukti keberadaan kerajaan ini adalah masih adanya sebuah daerah bernama Kampung Kendan di Nagreg itupun masih dalam pertanyaan yang berbelit.
Beberapa pemerhati serta ahli lingkungan, seperti T.Bachtiar pernah menulisnya dalam Harian umum Pikiran Rakyat, tentang pentingnya menjaga kelestarian peninggalan sejarah, situs alam Kendan.

Belum cukup catatan-catatan ini, serta bukti-bukti untuk membukakan tabir gelap ke-misteriusan kerajaan ini. perlu tanggung jawab serta kepedulian dari berbagai pihak;masayarakat, seniman dan budayawan, sejarawan, ahli kepurbakalan serta pemerintah setempat dalam menyikapi hal tersebut. Kalaulah bagi leluhur negeri ini daerah tersebut sangatlah penting. Harusnya menjadi pertanyaan penting bagi kita semua, kenapa Nagreg harus penting pada saat ini, ke-misteriusan ini haruslah diungkap. Tinggal bagaimana pemerintah serta masyarakat bahu membahu mengungkapkannya. Kehati-hatian, ketelitian serta kecermatan bersama dalam mengolah Nagreg menjadi tolak ukur kemaslahatan daerah ini.

1 komentar:

  1. Punten, pami teu lepat Pleyte mah sanes urang Portugal tapi urang walanda. Tome Pires nembe urang Portugal. Satuju, Kendan harus digali lebih jauh. Selain Arca Durga, mungkin peninggalan Kendan yang lain bisa ditelusur melalui Laporan Kepurbakalaan NJ Krom (1914)

    BalasHapus